--> <$BlogRSDUrl$>

Tuesday, November 30, 2004

Seribu Kelereng

Semakin tua, saya semakin menikmati hari Sabtu pagi. Mungkin karena rasa
kesendirian yang tenang karena menjadi orang pertama yang bangun terlebih
dahulu atau karena rasa senang karena tidak perlu masuk kerja. Bagaimanapun
juga, Sabtu pagi memang paling menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, saya berjalan ke dapur sambil memegang secangkir
kopi, sementara tangan yang satu lagi memegang koran. Sabtu pagi yang biasa
berubah menjadi suatu pelajaran hidup. Mari saya ceritakan.

Saya membesarkan volume radio supaya dapat mendengar talk-show Sabtu pagi.
Saya mendengar suara laki-laki yang merdu, seperti suara seorang penyiar.

Dia sedang membicarakan "seribu kelereng" kepada seseorang yang bernama
Tom. Saya tertarik dan duduk mendengarkan.

"Baiklah, Tom, sepertinya anda sibuk dengan pekerjaan. Saya yakin anda
digaji tinggi tetapi sayang sekali seringkali anda harus jauh dari rumah
dan keluarga.

Dia melanjutkan, " Tom, saya akan ceritakan sesuatu yang membantu saya
melihat perspektif prioritas-prioritas saya."

Maka dia mulai menjelaskan teorinya tentang "seribu kelereng".

"Suatu hari saya duduk dan sedikit berhitung. Rata-rata manusia hidup
sampai umur 75 tahun. Saya tahu ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu
tetapi rata-rata manusia hidup sampai umur 75 tahun."

"Sekarang, saya mengalikan 75 dengan 52 minggu sehingga menjadi 3900 yaitu
jumlah hari Sabtu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya. Sekarang
dengarkan Tom, ini bagian yang penting. Saya baru memikirkan ini setelah
berumur 55 tahun, " lanjutnya, " dan berarti saya sudah hidup melewati 2800
kali Sabtu.

Saya berpikir kalau saya hidup sampai umur 75 tahun, tinggal sekitar 1000
kali Sabtu lagi yang bisa saya nikmati.

"Maka saya pergi ke toko boneka dan membeli kelereng. Saya sampai
mengunjungi tiga toko untuk mengumpulkan 1000 kelereng. Saya bawa pulang
dan memasukkannya dalam kotak plastik besar dan saya letakkan di samping
radio. Sejak itu, setiap Sabtu pagi, saya mengeluarkan satu kelereng dan
melemparkannya."

"Dengan melihat kelereng berkurang, saya lebih fokus pada hal-hal penting
dalam hidup. Melihat waktu Anda semakin berkurang di bumi ini membantu Anda
membuat prioritas."

"Saya beritahu sesuatu sebelum saya undur diri dan mengajak istri saya
sarapan. Pagi ini, saya mengeluarkan kelereng terakhir dari kotak
plastiknya. Saya pikir apabila saya baru mengeluarkannya Sabtu depan, maka
saya akan mempunyai waktu lebih. Dan yang kita semua inginkan adalah lebih
banyak waktu".

"Senang berbincang dengan Anda, Tom. Saya harap Anda meluangkan lebih
banyak waktu dengan orang-orang tersayang dan saya harap kita bertemu lain
di lain waktu. Selamat pagi!"

Anda tertegun saat dia selesai bicara. Bahkan pengarah acara pun tertegun.
Saya kira dia membuat kita semua berpikir. Saya telah merencanakan untuk
bekerja pagi ini lalu pergi ke gym. Sebagai gantinya, saya langsung naik ke
loteng dan membangunkan istri saya dengan menciumnya. "Ayo, sayang, kita
sarapan keluar dengan anak-anak".

"Ada apa ini?" dia bertanya sambil tersenyum.

"Gak ada apa-apa, udah lama kita tidak sarapan dengan anak-anak. Eh, nanti
sekalian kita mampir ke toko boneka. Saya mau membeli kelereng."

Hidup terlalu singkat untuk disia-siakan, nikmati hari Sabtu Anda!

(Nina e-mailed the above story to me)


|
Comments: Post a Comment

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

..."I will never leave thee, nor forsake thee" (Hebrew 13:5)
 
  • Get Firefox!
     
    Bastian
                >